Sabtu, 25 Juni 2011

Gurit Rindu

Gurit Rindu



Paruparu Pertiwi menumpahkan air mata

Wajahnya sendu dipahat rindu

Jejak Manusia menyemaikan luka

Menyulam malu berjumpa Ibu



Manakala tubuh dan bayangan sungguh tiada terpisahkan

Kematian adalah mempertemukan rinduan

Hidup hanya sebatas sumbu

Waktu berhenti menari dan jiwa menjelma debu



Bibir bahasa berbenih sunyi

Meneguk rima mengerami kata

Suara terjaga mencipta puisi



Dan hanya kenangan yang akan tertahan

Ketika Ibu menggugah lagi jiwa yang terbenam

Mencintai serta mengasihi dalam kesederhanaan

Ode Baratayuda

Ode Baratayuda



Bahana bahagia menjelma kerangka

Daundaun menari tertembus angin lelah

Bungabunga layu ditimpa langkah perwira

Rantingranting gugur rebah patah



Mega mendung mengirim gerimis yang lara

Ketika Korawa tergenang rindu puing sarang rumah

Lihatlah, Pandawa menculik kembali rahim Hastinapura!

Rumput dan tanah telah basah darah nanah



Pada kidung Yama jiwa berputar

Betapa manusia terlalu lelah berpencar

Menyerahkan hidup tanpa mahkota berkata

Tubuh mati jua di lembah kubur berbunga



Sedang gundah lelah hati berduka

Indah panah sepahit empedu cinta

Dendang keris menangis melepas nanar

Akhir tutup mata manusia kian samar



Irama gita bungabunga gugur

Menancapkan gelora rindu pada pangkuan ibunda

Manusia mati meninggalkan kebun yang tua

Tanpa harta, tanpa rupa, tanpa teguk anggur



Korawa telah musnah

Laku sejarah senantiasa menebar susah

Trimurti masih setia meneguk resah



Dengarlah Parikesit, Airmata Pertiwi tersayatsayat

Hatinya sayu rayu tertembus perak kawat

Masa lalu adalah masa depan yang sekarat!