Sabtu, 10 Juli 2010

Dongeng Taman Matahari

Dongeng Taman Matahari

Kepada TRW/KDT/2010

Angin yang pulas meniupkan daundaun
bertilam rimis debu kelabu. Dilukisnya
deraiderai pasir waktu yang menerbangkan
rahasia secangkir genta. Seketika
embun subuh terkupas terik lurik
tangis matahari.

Penyihir rabu
datang dengan langkah siput merajam
gelap lelap senyap. Gitagitanya
menenun lukaluka maha waktu.
Langkahlangkahnya terdengar
lambat layu menembus kabut kota
memintal bilikbilik tua yang luluh lantak.
Dia meniupkan kelahiran di gurun kutukan,
kelahiran membuka jari mengupas kematian.

Mantra membuka pintu
setelah penyihir rabu
membatu di relung candi. Dia
menari telanjang memahat kehidupan
yang memetik nisan. Manusia bingung
melubangi selubung dinding
mencari dasar keabadian, para
raja mantra menunggu penghakiman
atas kehidupan di taman masyar. Matahari
tak jemu memingit kincir musim Agni. Bumi semakin
meluka direbus seribu cambuk Bathara Surya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar